Rabu, 24 Juni 2009

KETIKA MAS GAGAH PERGI

Karya: Helvy Tiana Rosa

Mas Gagah berubah!
Ya, sudah beberapa bulan belakangan ini Masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah !
Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Teknik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja… ganteng! Mas Gagah juga sudah mampu membiayai kuliahnnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.
Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku kemana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji.
Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak untukku.Saat memasuki usia dewasa kami jadi makin dekat. Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda bersama teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelucon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak-bahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan, Ancol.
Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya !

“Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih ?”
“Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang serumahku sering membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho ! Gila, berabe khan ?”
“Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku ?”

Dan masih banyak lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku cuma mesam-mesem. Bangga.
Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum punya pacar. Apa jawabnya ?

“Mas belum minat tuh ! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran…, banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati ! He…he…he..” kata Mas Gagah pura-pura serius.

Mas Gagah dalam pandanganku adalah sosok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tapi tak pernah meninggalkan sholat !

Itulah Mas Gagah!

Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah ! Drastis ! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana…

–=oOo=–

“Mas Gagah ! Mas Gagaaaaaahhh!” teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras.

Tak ada jawaban. Padahal kata mama Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa arab gundul. Tak bisa kubaca. Tapi aku bisa membaca artinya : Jangan masuk sebelum memberi salam!

“Assalaamu’alaikuuum!” seruku.

Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?” tanyanya.
“Matiin kasetnya !” kataku sewot.
“Lho emang kenapa ?”
“Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah ! Memangnya kita orang Arab… , masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!” aku cemberut.
“Ini nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita !”
“Bodo !”
“Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh dong Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri,” kata Mas Gagah sabar. “Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek…, mama bingung. Jadinya ya, di pasang di kamar.”
“Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru…, eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!”
“Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan…”
“Pokoknya kedengaran!”
“Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus, lho !”
“Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!” aku ngloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.

Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Kemana kaset-kaset Scorpion, Wham!, Elton John, Queen, Bon Jovi, Dewa, Jamrood atau Giginya?

“Wah, ini nggak seperti itu, Gita ! Dengerin Scorpion atau si Eric Clapton itu belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lain lah ya dengan senandung nasyid Islami. Gita mau denger ? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok !” begitu kata Mas Gagah.

Oalaa !

–=oOo=–

Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma ‘adik kecil’nya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.
Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Sholat tepat waktu, berjama’ah di Masjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip di lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau baca buku Islam.
Dan kalau aku mampir di kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya,”Ayo dong Gita, lebih feminin. Kalau kamu pakai rok atau baju panjang, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba Dik manis, ngapain sih rambut ditrondolin gitu !”

Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga nggak pernah keberatan kalau aku meminjam kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu sering memanggilku Gito, bukan Gita ! Eh, sekarang pakai manggil Dik Manis segala!
Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga mama menegurnya.

“Penampilanmu kok sekarang lain, Gah?’
“Lain gimana, Ma ?”
“Ya, nggak semodis dulu. Nggak dandy lagi. Biasanya kamu yang paling sibuk dengan penampilan kamu yang kayak cover boy itu…”
Mas Gagah cuma senyum. “Suka begini, Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun.”
Ya, dalam penglihatanku Mas Gagah jadi lebih kuno dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. “Jadi mirip Pak Gino,” komentarku menyamakannya dengan sopir kami. “Untung saja masih lebih ganteng.”
Mas Gagah cuma terawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu.

Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga sangat kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama atau becanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah, kebingungan.
Dan…yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan!! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?

“Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau salaman sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di Sanggar Gita tahu?” tegurku suatu hari. “Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang !”
“Justru karena Mas menghargai dia makanya Mas begitu,” dalihnya, lagi-lagi dengan nada amat sabar. “Gita lihat khan orang Sunda salaman? Santun meski nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!”
Huh. Nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu…, sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?
Mas Gagah membawa sebuah buku dan menyorongkannya padaku. “Baca!”
Kubaca keras-keras. “Dari ‘Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah. Rasulullah saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhari Muslim!”
Si Mas tersenyum.
“Tapi Kyai Anwar mau salaman sama mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali…,” kataku.
“Bukankah Rasulullah uswatun hasanah? Teladan terbaik?” kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. “Coba untuk mengerti ya, Dik Manis !?”

Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel. Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik ! Aku jadi khawatir. Apa dia lagi nuntut ‘ilmu putih’? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa oleh orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun…, akhirnya aku nggak berani menduga demikian. Mas-ku itu orangnya cerdas sekali! Jenius malah! Umurnya baru dua puluh satu tahun tapi sudah tingkat empat di FTUI! Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya…, yaaa akhir-akhir ini ia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.

–=oOo=–

“Mau kemana, Git!?”
“Nonton sama teman-teman.” Kataku sambil mengenakan sepatu. “Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya!”
“Ikut Mas aja, yuk!”
“Kemana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah! Gita kayak orang bego di sana!”

Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu yang lalu Mas Gagah mengajakku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tabligh akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku dilihatin sama cewek-cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya, aku kesana memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang nggak bisa aku sembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.

“Assalaamu’alaikum!” terdengar suara beberapa lelaki.

Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman si Mas ini. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku…, persis kelakuannya Mas Gagah.

“Lewat aja nih, Mas? Gita nggak dikenalin?” tanyaku iseng.

Dulu nggak ada deh teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome!

Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. “Ssssttt !”

Seperti biasa, aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal ke-Islaman, diskusi, belajar baca Al-Quran atau bahasa Arab…, yaaa begitu deh!!

–=oOo=–

“Subhanallah, berarti kakak kamu ikhwan dong!” seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah sebulan ini berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.
“Ikhwan?” ulangku. “Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?” suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.
“Huss! Untuk laki-laki ikhwan, untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita,” ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. “Kamu tahu Hendra atau Isa, kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini.”
Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.
“Udah deh, Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji! Insya Allah kamu akan tahu meyeluruh tentang dien kita. Orang-orang seperti Hendra, Isa, atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya saja yang mungkin belum mengerti dan sering salah paham.”
Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku menjelma begitu dewasa.
“Eh, kapan main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat, Gita…, meski kita kini punya pandangan yang berbeda,” ujar Tika tiba-tiba.
“Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah…,” kataku jujur. “Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih…”
Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin. “Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk. Biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan pada Mbak Ana.”
“Mbak Ana ?”
“Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amrik malah pakai jilbab! Itulah hidayah!”
“Hidayah ?”
“Nginap, ya! Kita ngobrol sampai malam sama Mbak Ana!”

–=oOo=–

“Assalaamu’alaikum, Mas Ikhwan…, eh Mas Gagah !” tegurku ramah.
“Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!” kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.
“Dari rumah Tika, teman sekolah,” jawabku pendek. “Lagi ngapain, Mas?” tanyaku sambil mengintari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, ganbar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku ke-Islaman..
“Cuman lagi baca !”
“Buku apa ?”
“Tumben kamu pengin tahu?”
“Tunjukin dong, Mas…buku apa sih?” desakku.
“Eit…, Eiiit !” Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.
Kugelitik kakinya, dia tertawa dan menyerah. “Nih!” serunya memperlihatkan buku yang sedang dibacanya dengan wajah setengah memerah.
“Nah yaaaa!” aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku ‘Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam’ itu..
“Maaaas…”
“Apa Dik manis?”
“Gita akhwat bukan sih?”
“Memangnya kenapa ?”
“Gita akhwat apa bukan ? Ayo jawab…,” tanyaku manja.

Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara kepadaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami ummatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu jadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal lainnya. Dan untuk petamakalinya setelah sekian lama, aku merasa kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.
Mas Gagah dengan semangat terus berbicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikkan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya!!

“Mas kok nangis?”
“Mas sedih karena Allah, Rasul dan Al Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena ummat yang banyak meninggalkan Al-Quran dan Sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di Belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan, dan tidur beratap langit…”
Sesaat kami terdiam. Ah, Masku yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli…
“Kok…tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?” tanya Mas Gagah tiba-tiba.
“Gita capek marahan sama Mas Gagah !” Ujarku sekenanya.
“Emangnya Gita ngerti yang Mas katakan?”
“Tenang aja, Gita nyambung kok!” kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan hal demikian. Aku ngerti deh meski nggak mendalam.

Malam itu aku tidur ditemani tumpukan buku-buku Islam milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah!

–=oOo=–

Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi sepeti dulu. Meski aktivitas yang kami lakukan berbeda dengan yang dahulu.
Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum. Atau ke tempat-tempat tabligh Akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah, kadang-kadang bila sedikit kupaksa Mama Papa juga ikut.
“Masa sekali aja nggak bisa, Pa…, tiap minggu rutin ngunjungin relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?” tegurku.
Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, “Iya deh, iya!”
Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung juga. Soalnya pengantinnya nggak bersanding tapi terpisah! Tempat acaranya juga gitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu dibagikan risalah nikah juga. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran, harus Islami dan semacamnya. Ia juga wanti-wanti agar aku tak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek!
Aku nyengir kuda.
Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku. Soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.
“Nyoba pakai jilbab, Git !” pinta Mas Gagah suatu ketika.
“Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol! Lagian belum mau deh jreng!”
Mas Gagah tersenyum. “Gita lebih anggun kalau pakai jilbab dan lebih dicintai Allah. Kayak Mama”.
Memang sudah beberapa hari ini mama berjilbab. Gara-garanya dinasehatin terus sama si Mas, di beliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin sama teman-teman pengajian beliau.
“Gita mau, tapi nggak sekarang…,” kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku kini, prospek masa depan (ceila) dan semacamnya.
“Itu bukan halangan.” Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.
Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu kok cepat sekali terpengaruh sama Mas Gagah!
“Ini hidayah, Gita!” kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.
“Hidayah? Perasaan Gita duluan deh yang dapat hidayah baru Mama! Gita pakai rok aja udah hidayah!”
“Lho?” Mas Gagah bengong.

–=oOo=–

Dengan penuh kebanggaan, kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara Studi Tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya! Aku yang berada di antara ratusan peserta ini rasa-rasanya ingin berteriak, “Hei, itu kan Mas Gagah-ku !”
Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa! Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasul. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung lho, kok Mas Gagah bisa sih? Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yamh dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar!
Pada kesempatan itu juga Mas Gagah berbicara tentang muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi.
“Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana taqwa, sebagai identitas muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam sendiri,” kata Mas Gagah.
Mas Gagah terus bicara. Tiap katanya kucatat di hati ini.

–=oOo=–

Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdalah.
Aku mau ngasih kejutan buat Mas Gagah! Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapan tasyakuran ultah ketujuh belasku.
Kubayangkan ia akan terkejut gembira, memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberikan ceramah pada acara tasyakuran yang insya Allah mengundang teman-teman dan anak-anak panti yatim piatu dekat rumah kami.

“Mas Ikhwan!! Mas Gagaaaaah! Maaasss! Assalaamu’alaikum!” kuketuk pintu kamar Mas Gagah dengan riang.
“Mas Gagah belum pulang,” kata Mama.
“Yaaaaa, kemana sih, Ma??!” keluhku.
“Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus…”
“Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Masjid.”
“Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah inget ada janji sama Gita hari ini,” hibur mama menepis gelisahku.
Kugaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali dengan Mas Gagah.
“Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh !” Mama tertawa.
Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.

–=oOo=–

Sudah lepas Isya. Mas Gagah belum pulang juga.
“Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh…” hibur Mama lagi.
Tetapi detik demi detik, menit demi menit berlalu. Sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.
“Nginap barangkali, Ma?” duga Papa.
Mama menggeleng. “Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa!”
Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.

“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggg !!” Telpon berdering.

Papa mengangkat telepon. “Halo, ya betul. Apa? Gagah???”
“Ada apa , Pa?” tanya Mama cemas.
“Gagah…, kecelakaan…, Rumah Sakit… Islam…,” suara Papa lemah.
“Mas Gagaaaaaahhh!!!” Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.

Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.

–=oOo=–

Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Tangan, kaki, kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar, sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika, sedang kondisi Mas Gagah kritis.
Dokter melarang kami untuk masuk ke dalam ruangan.
“Tapi saya Gita, adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau lihat saya pakai jilbab iniii!” kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.
Mama dengan lebih tenang merangkulku, “Sabar, Sayang…, sabar.”
Di pojok ruangan papa tampak serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.
“Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?” tanyaku. “Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada syukuran Gita kan?” air mataku terus mengalir.
Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding putih rumah sakit. Dan dari kamar kaca kulihat tubuh yang biasa gagah enerjik itu bahkan tak bergerak!
“Mas Gagah, sembuh ya, Mas…, Mas…Gagah…, Gita udah jadi adik Mas yang manis. Mas… Gagah…,” bisikku.

Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit.. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah…, Gita, Mama dan Papa butuh Mas Gagah…, umat juga.”
Tak lama dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. “Ia sudah sadar dan memanggil nama ibu, bapak, dan Gi…”
“Gita..” suaraku serak menahan tangis.
“Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya seperti permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya…, lukanya terlalu parah,” perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!
“Mas…, ini Gita, Mas…,” sapaku berbisik.
Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.
Kudekatkan wajahku kepadanya. “Gita sudah pakai.. jilbab,” lirihku. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya.
Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.
“Dzikir…, Mas,’ suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat wajah Mas Gagah yang separuhnya tertutup perban. Wajah itu begitu tenang…
“Gi…ta…”
Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali!
“Gita di sini, Mas…”
Perlahan kelopak matamya terbuka. Aku tersenyum.
“Gita… udah pakai… jilbab…,” kutahan isakku.
Memandangku lembut, Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdalah.
“Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas…,” ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.

Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah…, sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali!
Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan Mas Gagah tampaknya menginginkan kami semua berkumpul.
Kian lama kurasakan tubuh Mas Gagah semakin pucat. Tapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia juga masih bisa mendengar apa yang kami katakan meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.

Kuusap setitik lagi airmata yang jatuh. “Sebut nama Allah banyak-banyak…, Mas,” kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup. Tapi sebagai insan beriman, seperti juga yang diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.
“Laa…ilaaha…illa…llah…, Muham…mad…Ra…sul…Al…lah…,” suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk kami dengar.
Mas Gagah telah kembali pada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya.
Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi.

Selamat jalan, Mas Gagah !

–=oOo=–

(Epilog)

Buat ukhti manis Gita Ayu Pratiwi,
Semoga memperoleh umur yang berkah,
Dan jadilah muslimah sejati
Agar Allah selalu besertamu.
Sun Sayang,

Mas Ikhwan, eh Mas Gagah !

Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku.

Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.
Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, Aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Ilahi yang selamanya tiada kudengar lagi. Hanya wajah para Mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema di ruang ini…

Setitik air mataku jatuh lagi.

“Mas, Gita akhwat bukan sih?”
“Ya, Insya Allah akhwat!”
“Yang bener?”
“Iya, dik manis!”
“Kalau ikhwan itu harus ada jenggotnya, ya?!”
“Kok nanya gitu?”
“Lha, Mas Gagah ada jenggotnya!”
“Ganteng kan?”

“Uuu! Eh, Mas, kita kudu jihad, ya? Jihad itu apa sih?”
“Ya always dong ! Jihad itu… “

Setetes, dua tetes, air mataku kian menganak sungai.
Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan.
Selamat jalan, Mas Ikhwan! Selamat jalan, Mas Gagah!

PPC

ReviewReviewReviewReviewPudarnya Pesona CleopatraDec 26, '07 11:55 AM
for everyone
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Habiburrahman El Shirazy
Novel Pudarnya Pesona Cleopatra (diterbitkan oleh Republika) sebenarnya merupakan hasil eksperimen Kang Abik sebelum beliau menulis Ayat Ayat Cinta. Novel ini juga merupakan respon atas sambutan hangat pembaca atas novel-novel sebelumnya, seperti Bayi-bayi Tertawa dan Seratus Peluru untuk Amru. Novel ini terbagi dalam dua kisah mini, yaitu kisah Raihana dan suaminya serta kisah Niyala dan Faiq.

Kisah yang pertama menceritakan tentang Raihana dan suaminya. Dalam novel tersebut dikisahkan bahwa suami Raihana adalah seorang pengagum kecantikan gadis-gadis Mesir yang disebut sebagai titisan Ratu Cleopatra. Bahkan ketika telah menikah dengan Raihana-pun, sang suami masih belum bisa terlepas dari bayangannya tentang kecantikan gadis-gadis Mesir.

Sampai suatu ketika, sang suami mendengarkan kisah pilu perjalanan rumah tangga Pak Agung, seorang dosen muda di kampusnya yang punya istri seorang bule, dan kisah Pak Qalyubi, dosen bahasa Arab dari Medan yang juga alumni S1 Mesir, yang memiliki istri seorang wanita Mesir yang tidak berjilbab. Keduanya mengalami pengalaman pahit ketika istrinya berselingkuh hingga taraf perzinaan sehingga terpaksa harus diceraikan.

Kedua kisah pilu tersebut menyadarkan sang suami atas segala kekhilafannya yang tidak bisa membina hubungan baik dengan Raihana, sang istri. Namun, penyesalan tinggalah penyesalan, ketika sang suami tersebut hendak menemui sang istri tercinta yang sedang hamil, sang istri dan bayi yang dikandungnya telah berpulang ke rahmatullah.

Kisah kedua dalam novel ini adalah kisah perjalana Niyala. Niyala adalah putri Pak Rusli Hasibuan dari Sidempuan dan memiliki seorang kakak bernama Herman. Ketika ibu Niyala meninggal, Niyala diasuh oleh Umi, ibunda Faiq, yang dulunya merupakan sahabat karib ibunya ketika masih di Diniyah Puteri Padang Panjang. Suami Umi meninggal ketika bertugas di Timor Timur, saat Faiq kelas enam SD. Pada akhirnya, dalam keluarga Umi, Faiq dan Niyala seperti kakak adik. Berkat Umi-lah, Niyala bisa diterima kuliah di Fakultas Kedokteran.
Dalam novel ini dikisahkan bahwa hati Niyala sedang gelisah ketika menerima surat dari ayahnya di Sidempuan. Dalam surat tersebut, ayahnya memintanya untuk memenuhi lamaran Pak Haji Cosmas, seorang mualaf mantan sintua (semacam pastur). Ia akan dinikahkan dengan Roger anak Pak Haji Cosmas tersebut. Ayahnya telah berhutang banyak kepada Pak Haji Cosmas hingga tak sanggup membayarnya. Masalahnya, Niyala sangat membenci Roger karena pernah hampir dicelakai Roger ketika masih SD dulu. Roger pula yang telah menghancurkan sahabat karibnya, Hesti.

Kegelisahan hati Niyala terpecahkan ketika Faiq, kakak angkatnya pulang dari Inggris. Singkat cerita, Faiq dan Niyala menikah dan hutang Pak Rusli dapat dilunasi.


Catatan:
Lebih seru kalo baca ndiri hehehe....

Kamis, 19 Maret 2009

simpanse

Seekor kera simpanse yang pernah menjadi bintang iklan televisi harus ditembak mati oleh polisi Connecticut Amerika Serikat saat menyerang dan melukai wanita. Demikian ringkasan isi berita dari Wi Garit yang sehat terima hari ini setelah kematian Simpanse seminggu lalu.

Travis, demikian nama kera simpanse yang menjadi sang bintang iklan menemui ajalnya diterjang peluru panas polisi Connecticut Amerika serikat, setelah sebelumnya mengamuk dan menyerang seorang wanita yang hendak mendekati pemiliknya. Sang majikan, Sandra Herold terpaksa menikam binatang kesayangannya dengan parang untuk menolong temannya.

Melihat majikannya menikam dengan parang, simpanse ini tak mau melepaskan cengkraman dan terus mengamuk hingga polisi tiba. Travis semakin marah dan memecahkan jendela mobil polisi dan memaksa masuk ke dalam mobil. Melihat gelagat tak menyenangkan dan membahayakan jiwa wanita itu , polisi terpaksa menembaknya, sebelum simpanse itu berbuat kekacauan yang mengancam jiwa orang lain.

Kapten polisi Richard Conklin dari markas polisi Stamford mengkonfirmasikan wanita korban amukan simpanse menderita luka parah dan kini dalam kondisi kritis. Kapten Richard mengungkapkan sang pemilik mengaku telah memberi minuman teh yang dicampuri dengan xanax, sejenis obat penenang untuk mengatasi kecemasan dan rasa panik.

Travis sang simpanse berperilaku hampir seperti manusia selama 14 tahun dibesarkan di lingkungan keluarga Sandra Herold. Ia dapat membuka pintu mobil, minum dari gelas dan berperilaku lain seperti yang pernah diperankannya dalam iklan minuman ringan ternama di Televisi Amerika. Namun di tahun 2003 Travis juga pernah berurusan dengan polisi saat menyerang seorang pria.

Nah pertanyaannya sekarang, “Apakah Anda memelihara binatang kesayangan dan memperlakukan layaknya sebagai sahabat dalam suka dan duka namun sewaktu-waktu binatang ini ngambek, apa tindakan Anda menghadapi perilakunya itu?”


Travis menjadi bintang iklan televisi.

Travis menjadi bintang iklan televisi.



Travis kera simpanse in action.

Travis kera simpanse in action.

















































































surat elektronik

Gmail

Gmail adalah penyedia layanan surat elektronik (email) gratis milik Google yang diluncurkan pada tanggal 31 Maret 2004. Gmail sampai saat ini masih dalam tahap beta. Gmail menyedikan kapasitas penyimpanan sebanyak lebih dari 2000 megabyte dan terus bertambah. Jumlah ini lebih dari 4 kali jumlah yang disediakan situs lain. seperti Yahoo! dan Hotmail. Hal ini berarti para pengguna dapat menyimpan sampai ribuan surat elektronik.

Tampilan inbox ("Surat Masuk") Gmail dalam bahasa Indonesia.

Gmail juga mengaplikasi teknologi pencarian Google yang memudahkan penggunanya mencari sesuatu dari email mereka. Gmail juga menampilkan iklan yang didasarkan dari email yang diterima pengguna. Iklan tersebut hanya diperlihatkan ke pengguna Gmail dan tidak dikirimkan ke alamat eksternal. Gmail dapat mengirimkan attachment (lampiran) sampai 10 MB per email. Salah satu dari hal baru yang ditawarkan Gmail adalah penyortiran email dalam bentuk "Conversation view". Dengan begini email yang diterima akan diurutkan dalam bentuk percakapan, sehingga semua balasan dan topik tidak terpisah-pisah. Hal ini bisa membuat pengguna mudah untuk melihat email yang mereka dapat. Gmail kadang salah mengira email mana yang harus dikelompokkan bersama-sama, namun hal ini sudah jarang terjadi. Salah satu perubahan baru adalah kemampuan untuk melabeli email. Sebuah email dapat mempunyai lebih dari satu label. Fitur ini berguna untuk menyortir email sesuai dengan label yang diberikanya, Google juga dapat memberikan label secara otomatis dengan sebuah filter.

honai

Dani House

Nayak Lak!

A warm greeting from the Dani people to all of you.

Baliem Valley (Lembah Baliem) spotted as the most popular destination in Papua, rich with indigenous culture features which offer extraordinary cultural experiences. Baliem valley inhabits by several tribes but grouped together under the same identity called “Dani”. Each of the tribe speaks in different type of language and dialect; not forget to mention that each of the tribe distinguishable by their genuine clothes and way of life.

Once you read or give it a deeper study to Dani’s way of life, don’t be surprise that you may find your eye lifting or forehead wrinkling. Why? Because the Dani is uniquely amazing.

The Dani men and women sleep separately in different honai (Dani’s traditional house). The men sleep grouped in one honai, while the women and children slumber in another honai. As descended from their ancestor, sex is taboo for the women after giving birth, for 2 or 5 years; as the result the Dani generated healthier kids since the women focus on babysitting the kids during the most important phase of growth. This situation makes the men vulnerable to polygamy, it’s a true fact of life that the Dani men are allowed to have more than 1 wife or as many as he can afford. A man should give 4-5 pigs to the girl’s parent he wants to marry. For Dani men, his social status are initiated by the number of wives and pigs he has. However, monogamy is getting popular for Dani people as the pressure of missionaries around the valley.

Another remarkable custom of Dani is that women will amputate their finger when their relatives die; hence doesn’t be surprise when you see women with missing finger.

To enhance the quality of your experience in Baliem Valley, guide is essential since there are no clear maps or signage initiated for visitor. The guide will help to lead the track, communicate with the local people and in advance, the guide will inform the tourist about local do’s and don’ts.

Getting There

Flying might be the only way to access the Baliem Valley through Wamena. Here are some alternatives on carrier from jayapura to Wamena: (For further info, ask the officers at Sentani Airport Information Center)

  • Trigana Air Services provide daily flights into and out of Wamena. Spot the Trigana Air Service Offices at Sentani Airport terminal and Wamena Airport terminal
  • MAF
  • AMA
  • Yajasi
  • Manunggal Air
  • Hercules carrier provide by Indonesian army (TNI)

To access Baliem Valley, you can rent car or public bus from Wamena.

Where to Stay

For those who are adventurer and cultural observer in heart, stay and mingle with the Baliem Valley people is possible, just make sure your guide booked it before your visit. “Go Show”? Affordable.

If the first alternative is way too extreme, you can stay at hotels at Wamena:

  • Wamena Hotel at Jl. Homhom 61
  • Srikandi Hotel at Jl. Irian 16
  • Pondok Wisata Putri Dani at Jl. Irian 40
  • Nayak Hotel at Jl. Gatot Subroto 63
  • Hotel Syah Rial Makmur at Jl. Gatot Subroto 45
  • Hotel Anggrek at Jalan Ambon 1
  • Baliem Pilamo Hotel at Jalan Trikora
  • Baliem Valley Resort (3 star resort) – www.baliem-valley-resort.de

Moving Around

Would you mind if we say “ON FOOT”? – Healthy foot and fit body? Absolutely. Through trekking, you can witness traditional ceremonies, traditional markets and the people of Dani.

Dining Guide

There is no restaurant inside the Baliem Valley – a guide could bargain the Dani people to provide simple meals. It’s stoutly advised, that the visitor bring their own meals and snack during the trekking. Meals and snacks can be found in grocery store at Wamena

Souvenir Tips

  • Souvenir can be easily found on the valley and buy the crafts directly from the Dani people
  • Stone blade is a major favorite for the tourist
  • Sekan; rattan bracelate
  • Noken ; made from tree’s bark
  • Head and arm necklace
  • Jogal; grass skirt
  • And other head decorations

nama-nama rumah adat

Nama Rumah Adat atau Bangunan Adat Tradisional Khas Daerah Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara Indonesia

1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD
Rumah Adat Tradisional : Rumoh aceh
2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut
Rumah Adat Tradisional : Rumah balai batak toba
3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar
Rumah Adat Tradisional : Rumah gadang
4. Provinsi Riau
Rumah Adat Tradisional : Rumah melayu selaso jatuh kembar
5. Provinsi Jambi
Rumah Adat Tradisional : Rumah panggung
6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel
Rumah Adat Tradisional : Rumah limas
7. Provinsi Lampung
Rumah Adat Tradisional : Nuwo sesat
8. Provinsi Bengkulu
Rumah Adat Tradisional : Rumah bubungan lima
9. Provinsi DKI Jakarta
Rumah Adat Tradisional : Rumah kebaya
10. Provinsi Jawa Barat / Jabar
Rumah Adat Tradisional : Kesepuhan
11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng
Rumah Adat Tradisional : Rumah joglo
12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta
Rumah Adat Tradisional : Rumah joglo
13. Provinsi Jawa Timur / Jatim
Rumah Adat Tradisional : Rumah joglo
14. Provinsi Bali
Rumah Adat Tradisional : Gapura candi bentar
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB
Rumah Adat Tradisional : Dalam loka samawa
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT
Rumah Adat Tradisional : Sao ata mosa lakitana
17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar
Rumah Adat Tradisional : Rumah panjang
18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng
Rumah Adat Tradisional : Rumah betang
19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel
Rumah Adat Tradisional : Rumah banjar
20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim
Rumah Adat Tradisional : Rumah lamin
21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut
Rumah Adat Tradisional : Rumah bolaang mongondow
22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng
Rumah Adat Tradisional : Souraja / Rumah besar
23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra
Rumah Adat Tradisional : Laikas
24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel
Rumah Adat Tradisional : Tongkonan
25. Provinsi Maluku
Rumah Adat Tradisional : Baileo
26. Provinsi Irian Jaya / Papua
Rumah Adat Tradisional : Rumah honai
27. Provinsi Timor-Timur / Timtim
Rumah Adat Tradisional : TT

Keterangan Singkatan :
TT = Tidak Tersedia

Keterangan :
Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi dengan provinsi terakhir masih timor timur. Timor timur kini sudah terpisah dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor Leste.

Rabu, 11 Maret 2009

suku



Gorga

Disebelah depan rumah dihiasi dengan oramen dalam bentuk ukiran yang disebut dengan “gorga” dan terdiri dari beberapa jenis yaitu gorga sampur borna, gorga sipalang dan gorga sidomdom di robean.

Gorga itu dihiasi (dicat) dengan tlga warna yaitu wama merah (narara), putih (nabontar) dan hitam (nabirong). Warna merah melambangkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang berbuah kebijaksanaan. Warna putih melambangkan ketulusan dan kejujuran yang berbuah kesucian. Wama hitam melambangkan kerajaan dan kewibawaan yang berbuah kepemimpinan.

Sebelum orang Batak mengenal cat seperti sekarang, untuk mewarnai gorga mereka memakai “batu hula” untuk warna merah, untuk warna putih digunakan “tano buro” (sejenis tanah liat tapi berwana putih), dan untuk warna hitam didapat dengan mengambil minyak buah jarak yang dibakar sampai gosong. Sedangkan untuk perekatnya digunakan air taji dari jenis beras yang bernama Beras Siputo.

Disamping gorga, rumah Batak juga dilengkapi dengan ukiran lain yang dikenal sebagai “singa-singa”, suatu lambang yang mengartikan bahwa penghuni rumah harus sanggup mandiri dan menunjukkan identitasnya sebagai rnanusia berbudaya. Singa-singa berasal dari gambaran “sihapor” (belalang) yang diukir menjadi bentuk patung dan ditempatkan di sebelah depan rumah tersebut. Belalang tersebut ada dua jenis yaitu sihapor lunjung untuk singa-singa Ruma dan sihapor gurdong untuk rumah Sopo.

Hal ini dikukuhkan dalam bentuk filsafat yang mengatakan “Metmet pe sihapor lunjung di jujung do uluna” yang artinya bahwa meskipun kondisi dan status sosial pemilik rumah tidak terlalu beruntung namun harus selalu tegar dan mampu untuk menjaga integritas dan citra nama baiknya.

Jumat, 06 Maret 2009

rumah batak

kerbau-di-kolong-rumah-batak.JPG

rumah-batak-tomok-samosir-1.JPGrumah-batak-ambarita-samosir-2.JPGkampung-batak-samosir-1.JPG

kampung-batak-pagi-hari.JPGmobil-tua-kampung-batak-dan-kuburan.JPGkampung-batak-disinar-matahari.JPG

rumah-batak-parabola-ayam-di-jendela-dll.JPGkampung-di-tepi-danau.JPGkampung-batak-pagi-hari-2.JPG

rumah jawa

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional Jawa yang berkembang sejak abad ke-13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu :

  1. Joglo (atap joglo)
  2. Limasan (atap limas)
  3. Kampung (atap pelana)
  4. Panggang Pe
  5. Mesjidan/Tajugan

Jenis-jenis Rumah Joglo :

  1. Joglo Lawakan
  2. Joglo Sinom
  3. Joglo Jompongan
  4. Joglo Pangrawit
  5. Joglo Mangkurat
  6. Joglo Hageng
  7. Joglo Semar Tinandhu

Jenis-jenis Rumah Limasan

  1. Limasan Lawakan
  2. Limasan Gajah Ngombe
  3. Limasan Gajah Njerum
  4. Limasan Apitan
  5. Limasan Pacul Gowang
  6. Limasan Cere Gancet
  7. Limasan Trajumas
  8. Limasan Gajah Mungkur
  9. Limasan Klabang Nyander
  10. Limasan Lambang Teplok
  11. Limasan Semar Tinandu
  12. Limasan Lambang Sari
  13. Limasan Semar Pinondhong, contoh Bangsal Kama, Kraton Cirebon

Jenis-jenis Rumah Kampung :

  1. Kampung Pokok
  2. Kampung Trajumas
  3. Kampung Pacul Gowang
  4. Kampung Srotong
  5. Kampung Cere Gancet
  6. Kampung Gotong Mayit
  7. Kampung Semar Pinondhong
  8. Kampung Apitan
  9. Kampung Gajah Njerum
  10. Kampung Gajah Ngombe
  11. Kampung Doro Gepak
  12. Kampung Klabang Nyander
  13. Kampung Jompongan Lambang Teplok Semar Tinandhu (untuk tobong kapur)
  14. Kampung Lambang Teplok (untuk gudang genteng)

Jenis-jenis Rumah Panggang Pe :

  1. Panggang Pe Pokok
  2. Panggang Pe Trajumas
  3. Panggang Pe Empyak Setangkep
  4. Panggang Pe Gedhang Selirang
  5. Panggang Pe Gedhang Setangkep
  6. Panggang Pe Cere Gancet
  7. Panggang Pe bentuk kios
  8. Panggang Pe Kodokan (jengki)
  9. Panggang Pe Barengan
  10. Panggang Pe Cere Gancet

Jenis-jenis Mesjidan/Tajugan :

  1. Mesjidan Cungkup Pokok
  2. Mesjidan Lawakan (langgar)
  3. Mesjidan Lambang Teplok, contoh : Bangsal Gianyar, Bali
  4. Mesjidan payung agung (meru), susun 3 untuk rakyat, 5 sentana (keluarga) raja, 7 pangeran, 11 raja, contoh Pamujaan Besakih, Bali
  5. Tajug Tawon Boni, contoh : Bangsal Pajajaran
  6. Tajug Tiang Satu Lambang Teplok, contoh : Mesjid rakyat Gombong
  7. Tajug Semar Sinongsong Lambang Teplok, contoh : Langgar Kecil Kraton Cirebon
  8. Tajug Pendawa, contoh : Kraton Cirebon
  9. Tajug Lambang Gantung, contoh : Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta
  10. Tajug Lambangsari, contoh : Bangsal Pertemuan para Wali, Gunung Sembung
  11. Tajug Lawakan Lambang Teplok, contoh : Pasarean Suwargan, Imogiri
  12. Tajug Semar Tinandhu, Dukuh, Yogyakarta
  13. Tajug Semar Sinongsong Lambang Gantung, contoh : Masjid Soko Tunggal (gabungan Pajajaran dan Sultan Agungan, Taman, Kraton Yogyakarta
  14. Tajug Ceblokan Lambang Teplok, Masjid Agung Yogyakrata
  15. Tajug Mangkurat, Bangsal Witono, Kraton Yogyakarta
  16. Tajug Sinom Semar Tinandhu, Lawang Sanga-sanga, Kraton Cirebon

Sumatra

PULAU SUMATRA



NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Mesjid_Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman, Aceh

Sumber: www.mweb.co.id/travel/daerah_istimewa_aceh/wisata/

Ibu kota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah Banda Aceh. Propinsi ini juga disebut dengan Serambi Mekah karena letaknya dianggap sebagai pintu masuk yang terdekat dari Mekah menuju Indonesia. Penduduk asli propinsi ini adalah suku Aceh yang beragama Islam. Tidak seperti di daerah-daerah lainnya di Indonesia, minuman beralkohol dilarang di Aceh.
Tari-tarian dari Propinsi Aceh misalnya Tari Seudati, Tari Meusakat, dan Tari Ranub Lampuan. Alat-alat musik Aceh terbuat dari bambu, rotan, dan ekor kuda. Propinsi ini sangat kaya akan sumber-sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam cair.

redline.gif (149 bytes)

SUMATRA UTARA

Rumah_Batak

Rumah Adat Batak Karo

Homan, Peter.et.al. 1990. Indonesia in Focus. Netherland: Edu'Actief Publishing Company.


Propinsi Sumatera Utara meliputi wilayah seluas 70.687 km persegi.
Ibu kota propinsi Sumatra Utara adalah Medan. Medan adalah kota yang terbesar di Pulau Sumatra. Kota ini juga merupakan kota yang ketiga terbesar di Indonesia. Kota Medan mempunyai beberapa bangunan yang dibangun dengan gaya arsitektur kolonial Belanda, di antaranya, gedung Kantor Pos Pusat dan Gereja Belanda.
Penduduk asli propinsi ini adalah orang Batak. Penduduk lainnya yang tinggal di sini adalah orang Jawa, orang Aceh, orang Arab, orang Riau kepulauan, orang Cina, orang India, dan orang Melayu.
Di Sumatra Utara terdapat sebuah danau yang bernama Danau Toba dengan Pulau Samosir di dalamnya. Danau ini merupakan danau yang terbesar di Indonesia.

redline.gif (149 bytes)


SUMATRA BARAT

Rumah_Gadang

Rumah Gadang

Turner, Peter. et.al. 1995. Indonesia: A Lonely Planet Travel Survival Kit. Hong Kong: Lonely Planet Publication

Ibu kota Propinsi Sumatra Barat adalah Padang. Penduduk asli Sumatara Barat adalah orang Minangkabau. Tidak seperti masyarakat lainnya di Indonesia yang menganut sistem patrilinial, orang Minangkabau menganut sistem matrilineal, yang berarti hak warisan jatuh ke tangan wanita.
Lelaki Minangkabau banyak yang merantau. Biasanya mereka membuka usaha warung makan yang menjual masakan Padang. Masakan Padang enak sekali tetapi sangat pedas.
Rumah asli orang Minangkabau disebut dengan "rumah gadang," yang mempunyai atap seperti tanduk kerbau.

redline.gif (149 bytes)

JAMBI

Danau_Kerinci

Danau Kerinci
Sumber: www.jipi.com/inatourism/jambi


Ibu kota Propinsi Jambi adalah Jambi. Sebagian besar daerah ini berada di aliran Sungai Batanghari. Bahasa yang digunakan di propinsi ini adalah bahasa Melayu, bahasa Jambi, dan bahasa Indonesia.
Orang Rimba adalah penduduk asli Propinsi Jambi.
Pada tahun 1998 jumlahnya kira-kira 2500 orang. Mereka pada umumnya hidup dari berburu, mengumpulkan hasil-hasil hutan, dan mempraktekkan sistem ladang berpindah.
Suku-suku lainnya adalah Suku Kubu, Melayu, Kerinci, Bajau, Batin, dan Penghulu.
Tarian tradisional dari propinsi ini adalah Tari Selampit Delapan, Rangkuang, Sekapur Sirih, dan Kisan.

redline.gif (149 bytes)

SUMATRA SELATAN

Jembatan_Ampera

Jembatan Ampera
Sumber: sonyjogja.tripod.com

Ibu kota Propinsi Sumatra Selatan adalah Palembang. Di kota ini mengalir sebuah sungai yang bernama Sungai Musi. Ada sebuah jembatan terkenal yang bernama Jembatan Ampera melintasi Sungai Musi. Pada jaman dahulu, Palembang adalah ibukota Kerajaan Sriwijaya.
Sumatra Selatan sangat terkenal dengan kain songket and kain pelanginya.

redline.gif (149 bytes)

LAMPUNG

Pasar

Pasar tradisional di Lampung

Indonesia, Lonely Planet. May 1995


Propinsi Lampung terletak di ujung selatan Pulau Sumatra. Ibu kotanya adalah Bandar Lampung.
Propinsi ini banyak mempunyai perkebunan kopi.
Gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda masuk kawasan propinsi ini. Pelabuhan laut Bakaheuni yang terletak di propinsi ini dan pelabuhan laut Merak yang terletak di Propinsi Banten menghubungkan Sumatra dengan Jawa.

redline.gif (149 bytes)

BENGKULU

Bunga_bangkai
Bunga bangkai
Sumber http://202.159.74.163/tourism/

Propinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968. Ibu kotanya adalah Bengkulu.
Bengkulu menjadi tempat pengasingan Presiden Sukarno, presiden pertama Indonesia, pada waktu jaman penjajahan Belanda. Di sana Sukarno merancang Mesjid Jamik.
Salah satu acara yang paling menarik di Bengkulu adalah Festival Tabot yang ditujukan untuk menghormati kepahlawanan Hassan dan Hussein, cucu-cucu Nabi Muhammad.
Tempat-tempat menarik yang patut dikunjungi di Bengkulu adalah Pantai Panjang dan Danau Dendam Tak Sudah.

redline.gif (149 bytes)

RIAU

Danau_Tawar

Danau Tawar
Sorey, Robert et.al. 1992. Indonesia: A Travel Survival Kit. Singapore: Lonely Planet Publication.

Ibu kota Propinsi Riau adalah Pekan Baru. Penduduk asli propinsi ini adalah orang Melayu. Propinsi ini juga melingkupi banyak pulau di Laut Cina Selatan. Salah satu pulau yang terkenal adalah Pulau Batam yang berjarak sekitar setengah jam dengan naik boat dari Singapura. Pulau Batam adalah sebuah pusat perindustrian. Pulau lainnya yang terkenal adalah Pulau Bintan.
Tempat-tempat bersejarah di Propinsi Riau adalah istana tua milik Raja Ali dan kuburan Raja Jaafar.


Papua, LAZIMNYA, sebuah rumah diisi oleh ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan. Mereka berkumpul bersama dan saling berbagi kasih di bawah satu atap.

Namun, kelaziman ini justru dipandang asing bagi masyarakat suku Amungme. Lebih dari sekadar hal yang asing, berkumpulnya laki-laki dan perempuan meski berstatus saudara sedarah dalam satu rumah adalah hal yang tabu dalam budaya Amungme.

Karena itu para kepala keluarga diwajibkan membangun dua buah honae (rumah asli suku-suku pegunungan di Papua) untuk tempat tinggal anggota keluarga mereka berdasarkan jenis kelamin.

Para keluarga Amungme hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok berisi sejumlah keluarga, berkisar antara 10-15 keluarga. Terbentuknya kelompok-kelompok keluarga ini karena terbatasnya tanah datar yang dapat dipakai untuk membangun tempat tinggal. Lereng-lereng yang curam juga mengakibatkan jarak antarkelompok menjadi saling berjauhan.

Umumnya dalam sebuah kelompok terdiri atas satu 'Itorei' (honae untuk laki-laki), beberapa 'Ongoi' (honae untuk perempuan), dan dapur. Jarak antarhonae tidak saling berdekatan untuk menyisakan sebidang lahan sebagai tempat bakar batu.

Honae itu sendiri adalah sebuah bangunan yang berbentuk seperti tabung silinder. Berdinding dan berlantai kayu dengan sebuah pintu untuk keluar-masuk rumah.

Agar tidak masuk angin

Dari segi arsitektur rancang bangun, honae yang dibangun dengan bentuk silinder bukanlah tanpa maksud. Dengan bentuknya yang melingkar di semua sisi, bangunan ini dapat menahan kerasnya terpaan angin kencang yang sering terjadi di Pegunungan Papua.

Tepat di tengah ruangan, di permukaan lantai, dibangun perapian yang berfungsi utama sebagai penghangat ruangan dan penerangan di malam hari. Ruangan bagian dalam mereka gunakan untuk tempat berkumpul sekaligus ruang tidur anggota keluarga. Hanya satu jendela kecil yang dimiliki oleh setiap honae.

Jendela sengaja dibuat kecil untuk mempersempit celah udara yang masuk dari luar. Hawa dalam ruangan akan terasa hangat dan dapat mengusir dinginnya hawa pegunungan.

Honae biasanya ramai di malam hari setelah pada siang harinya para anggota keluarga beraktivitas di luar honae. Sambil berkumpul, mereka memasak umbi-umbian dengan cara meletakkannya di dalam abu hasil kayu yang terbakar. Abu hasil kayu bakar ini dapat dipakai untuk memasak umbi-umbian hingga matang dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Untuk tempat tinggal anggota keluarga laki-laki, honae dibangun lebih besar supaya mampu menampung orang yang lebih banyak. Jari-jari lingkaran honae sekitar tiga meter.

Honae laki-laki biasanya digunakan untuk rapat keluarga besar. Sesuai dengan kebiasaan laki-laki Amungme yang sering berjalan jauh hingga berhari-hari, honae laki-laki sering menerima tumpangan bermalam para tamu.

Ini berbeda dengan honae perempuan. Anak-anak kecil masih diperbolehkan tinggal di honae perempuan, bercampur dengan ibu mereka. Pertimbangannya, anak-anak itu, laki-laki dan perempuan, dianggap masih bergantung kepada asuhan ibunya.

Media yang baru pertama kali merasakan bermalam di honae, ternyata tidak dapat tidur nyenyak meski hawa sudah hangat. Kecilnya celah untuk sirkulasi udara membuat asap hasil perapian kayu bakar tidak dapat keluar dengan baik. Ruangan dipenuhi asap yang terus mengepul. Karena itu, langit-langit honae berwarna hitam legam akibat terpanggang asap.

Selain itu, kebiasaan masyarakat yang tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas juga membuat lantai honae menjadi kotor. Pasir dan serpihan tanah yang memenuhi lantai honae membuat tidur menjadi tambah tidak nyaman meski malam telah larut.

Senin, 09 Februari 2009

Hamas
حركة المقاومة الاسلامية

Hamas emblem

Pemimpin Khaled Mashaal,
Ismail Haniyah,
Mahmoud Zahar

Dibentuk 1987
Markas Gaza

Ideologi/
posisi politik
Nasionalisme Palestina,
Sunni Islamisme,
Nasionalis Religius
Afliasi Internasional Ikhawanul Muslimin

HAMAS

Hamas, akronim dari Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (bahasa Arab:حركة المقاومة الاسلامية , secara harfiah "Gerakan Perlawanan Islam" dan kata Arab untuk 'ketekunan'), adalah sebuah gerakan dan partai politik Palestina berhaluan Islamis yang dibentuk pada tahun 1987 untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Palestina. Pada tahun 2006, partai ini memenangkan pemilu parlemen Palestina. Sejak awal Februari 2007, kelompok ini terlibat konflik dengan kelompok Fatah akibat kekalahan kelompok Fatah di pemilu parlemen 2006.

selain partai politik, HAMAS juga merupakan lembaga sosial(firqah ijtima'iyyah)

Tanah Palestina Dibagi


1) Wilayah Inggris
2) Wilayah Arab
3) Wilayah Yahudi
4) Wilayah Internasional
Ketika Palestina berada di bawah kendali Inggris setelah Perang Dunia I, gelombang besar perpindahan Yahudi ke daerah ini dimulai. Perpindahan ini lambat laun mulai meningkat pesat. Selama masa ini, beberapa badan didirikan untuk menentukan bagaimana orang Yahudi dan Palestina berbagi tanah. Badan yang terkenal adalah the Peel Commission, yang dikepalai oleh bekas Menteri Luar Negeri Inggris untuk India Lord Earl Peel, dan Komisi Morrison-Grady, yang dibentuk melalui kemitraan Amerika-Inggris. The Peel Commission mengusulkan agar pengawasan Inggris ditingkatkan dan daerah ini dibagi antar kedua kelompok, hanya Yerusalem dan Haifa yang tetap di bawah kendali Inggris dan akan terbuka untuk pengamat internasional. Morrison-Grady Plan mengusulkan agar Palestina dibagi atas empat daerah kantong terpisah. Namun, anggota badan ini tidak memperhitungkan bahwa tanah yang sedang mereka bagi ini dimiliki oleh orang-orang Palestina selama berabad-abad, dan tak seorang pun punya hak untuk memaksa mereka membaginya bertentangan dengan kehendak mereka.


Gambar di kiri menunjukkan orang-orang Yahudi yang pindah ke Palestina pada 1930. Gambar di atas memperlihatkan Yahudi yang tiba pada tahun 1947. Sebelum orang-orang Palestina mengerti apa arti perpindahan ini untuk masa depan mereka, perbandingan penduduk di daerah ini bergeser untuk keuntungan Yahudi.


1) Negara tempat perpindahan di mulai
2) Jumlah Imigran Yahudi
3) Akhir perpindahan
Program perpindahan yang diorganisir oleh para pemimpin Zionis diejawantahkan dengan kecepatan mengejutkan, dimulai pada awal 1900an. Orang-orang Yahudi yang pindah dari Afrika Utara, Uni Soviet, dan berbagai negara Timur Tengah menggeser perbandingan penduduk di Palestina untuk keuntungan orang-orang Yahudi.
Kekerasan Adalah Musuh Semua Agama
(Entah siapapun yang melakukannya)
Kebangkitan NasionalMemang "Indonesia Bisa!" Tetapi kapan? Kapan kita akan memberantas kebudayaan korupsi, yang bukan kebudayaan bangsa, dan mulai bekerjasama untuk membantu rakyat dan negara kita, daripada mencari kesempatan untuk mengeksploitasi rakyat dan 'memperkosa' negara kita? Kapan kita akan memberantas korupsi yang menjajah dan membunuh masa depan negara kita maupun masa depan anak-anak kita? Kalau mulai sekarang semoga tahun depan kita betul dapat merayakan Hari Kebangkitan Nasional dengan penuh harapan dan semangat tinggi. Maju Indonesia - Maju!
Anak 9 Tahun Buat Program Aplikasi untuk iPhone

SINGAPORA--MI: Seorang anak berusia sembilan tahun asal Singapura, Lim Ding Wen membuat sebuah aplikasi untuk telepon selular produksi Apple, iPhone.

Lim yang duduk di kelas empat sekolah dasar membuat sebuah program melukis yang diberi nama Doodle Kids yang telah di download sebanyak 4.000 kali sejak diluncurkan selama dua minggu, media melaporkan Kamis (5/2).

Doodle Kids karya Lim akan membuat para pengguna iPhone yang gemar melukis menjadi lebih berkreasi untuk menyalurkan hobinya. Dengan hanya menggunakan jari, para pengguna iPhone dapat menggambar sepuasnya di layar ponsel dengan fasilitas layar sentuh.

Bila mereka ingin menghapus gambar yang sudah mereka buat, mereka hanya perlu mengoncangkan iPhones mereka saja dan dengan sekejab gambar yang telah mereka buat akan terhapus.

Saya membuat aplikasi program ini untuk adik perempuan saya yang gemar menggambar, ujar Lim yang mempunyai dua adik perempuan berusia 3 dan 5 tahun.

Lim yang telah kecanduan bahasa pemrograman telah mengenal komputer sejak usia dua tahun. Saat ini ia telah menyelesaikan sekitar 20 proyek program.

Ayah Lim, Lim Thye Chean, seorang kepala departemen teknologi di perusahaan teknologi lokal juga telah membuat aplikasi untuk iPhone.

Setiap malam kami melihat email yang dikirim iThones untuk melihat statistik sudah berapa banyak aplikasi telah di download, ujar Lim Thye Chean.

Menurut Lim senior, saat ini Lim sedang membuat sebuah aplikasi lagi untuk iPhone yaitu sebuah permainan fiksi yang diberi nama Invader Wars.(Rtr/OL-02)

PALING

APA YANG PALING DI DUNIA

Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
MATI
Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?
MASA LALU
Apa yang paling besar di dunia ini?
NAFSU
Apa yang paling berat di dunia ini?
MEMEGANG AMANAH
Apa yang paling ringan di dunia ini?
MENINGGALKAN SHALAT
Apa yang paling tajam di dunia ini?
LIDAH MANUSIA

Minggu, 01 Februari 2009

Sinopsis Film Laskar Pelangi

Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup.

Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10 murid yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak terlupakan.

5 tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.

Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kehilangan sosok yang mereka cintai. Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan?

Film ini dipenuhi kisah tentang tantangan kalangan pinggiran, dan kisah penuh haru tentang perjuangan hidup menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia.

Film Laskar Pelangi tidak kalah bagus dengan Novel Laskar Pelangi yang juga laris manis. Laskar Pelangi adalah film yang diambil berdasarkan novel karya Andrea Hirata. Novel tersebut telah menjadi inspirasi banyak pembacanya, sebab mengisahkan tentang perlunya pendidikan untuk semua lapisan masyarakat tidak hanya di kota tapi di seluruh negeri. Novel tersebut telah terjual hingga jutaan eksemplar.

NovelLaskar pelangi” ,adalah kisah nyata tentang 10 anak kampung dari Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di SD yang kondisi bangunannya nyaris rubuh, jika malam dijadikan kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak mencapai 10 sebagai persyaratan minimal.

Awal liburan lebaran kali ini 25 September 2008 diramaikan dengan diputarnya sebuah film keluarga yang diadaptasi dari sebuah novel yang banyak digandrungi itu. Apa lagi kalo bukan Laskar Pelangi, sebuah novel karya Andrea Hirata yang lagi ngetop. Versi layar lebarnya digarap oleh Miles Films dengan sutradara Riri Reza serta produser Mira Lesmana.

Sedangkan soundtrack diisi antara lain oleh Nidji, Gita Gutawa, Sherina dan lain-lain. Para pemainnya pun tidak main-main dari diambil dari pemain populer Ikranagara, Cut Mini, (lagi-lagi) Tora Sudiro, Slamet Rahardjo, Mathias Muchus sampai dengan si Oneng alias Rieke Diah Pitaloka.

Tentang Tetralogi Laskar Pelangi

Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebgai referensi ilmiah. Novel ini banyak dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis dan telah diseminarkan oleh birokrat untuk menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.

Adapun dalam novel keduanya, Sang Pemimpi, Andrea Hirata menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi-mimpi anak Melayu kampung: Ikal dan Arai.

Novel Edensor, adalah novel ketiga dalam tetralogi Laskar Pelangi. Novel ini bercerita tentang keberanian bermimpi, kekuatan cinta, pencarian diri sendiri dan penaklukan-penaklukan yang gagah berani.

Novel keempat, atau terakhir dalam rangkaian empat karya tetralogi Laskar Pelangi, adalah Maryamah Karpov. Dalam Maryamah Karpov, dengan saterinya yang khas, ironi yang menggelitik dan intelegensia yang meluap-luap namun membumi, Andrea Hirata berkisah tentang perempuan dari sudut pandang yang amat jarang diekspos penulis Indonesia dewasa ini.